Data di Mabes Polri, dari sekitar 200 kasus cyber crime yang ditangani
hampir 90 persen didominasi carding dengan sasaran luar negeri.
Aktivitas internet memang lintas negara. Yang paling sering jadi sasaran
adalah Amerika Serikat, Australia, Kanada dan lainnya. Pelakunya
berasal dari kota-kota besar seperti Yogyakarta, Bandung, Jakarta,
Semarang, Medan serta Riau. Motif utama adalah ekonomi.
Kasus pembobolan kartu kredir, Rizky Martin, 27, alias Steve Rass, 28,
dan Texanto alias Doni Michael melakukan transaksi pembelian barang atas
nama Tim Tamsin Invex Corp, perusahaan yang berlokasi di AS melalui
internet. Keduanya menjebol kartu kredit melalui internet banking
sebesar Rp350 juta. Dua pelaku ditangkap aparat Cyber Crime Polda Metro
Jaya pada 10 Juni 2008 di sebuah warnet di kawasan Lenteng Agung,
Jaksel. Awal Mei 2008 lalu, Mabes Polri menangkap hacker bernama Iqra
Syafaat, 24, di satu warnet di Batam, Riau, setelah melacak IP
addressnya dengan nick name Nogra alias Iqra. Pemuda tamatan SMA
tersebut dinilai polisi hanya mengandalkan scripts modifikasi gratisan
hacking untuk melakukan aksinya dan cukup dikenal di kalangan hacker.
Dia pernah menjebol data sebuah website lalu menjualnya ke perusahaan
asing senilai Rp600 ribu dolar atau sekitar Rp6 miliar Dalam
pengakuannya, hacker lokal ini sudah pernah menjebol 1.257 situs
jaringan yang umumnya milik luar negeri. Bahkan situs Presiden SBY
pernah akan diganggu, tapi dia mengurungkan niatnya. Kasus lain yang
pernah diungkap polisi pada tahun 2004 ialah saat situs milik KPU
(Komisi Pemilihan Umum) yang juga diganggu hacker. Tampilan lambang 24
partai diganti dengan nama ‘partai jambu’, ‘partai cucak rowo’ dan
lainnya. Pelakunya, diketahui kemudian, bernama Dani Firmansyah,24,
mahasiswa asal Bandung yang kemudian ditangkap Polda Metro Jaya.
Motivasi pelaku, konon, hanya ingin menjajal sistem pengamanan di situs
milik KPU yang dibeli pemerintah seharga Rp 200 miliar itu. Dan ternyata
berhasil.
Posting Komentar
Posting Komentar